Nama Jurnal
|
Akuntansi Keuangan dan Perpajakan
|
Volume / Halaman
|
/ 23 halaman
|
Nama Penulis
|
Deddy Arief Setiawan
|
Judul Jurnal
|
PENENTUAN
HARGA TRANSFER ATAS TRANSAKSI INTERNASIONAL DARI PERSPEKTIF PERPAJAKAN
INDONESIA
|
Tanggal Jurnal
|
Tahun 2013
|
Reviewer
|
Asih Liana,
Neni Kuswanti, Noviani Wilda.Z, Revika Rusviana, Vikcy Amalia.H
|
Tujuan Penelitian
|
Adapun
tujuan penelitian ini adalah :
1. Agar
kita mengetahui bagaimana sistem perpajakan internasional.
2. Agar
kita dapat mengetahui metode-metode dalam penentuan harga transfer.
|
Metode Penelitian
|
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Metode
Perbandingan Harga antara Pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa
(Comparable
Uncontrolled Price/CUP);
b.
Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method/RPM);
c.
Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method);
d.
Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM); atau
e.
Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM).
|
Variabel Penelitian
|
Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, yaitu sejumlah variabel separti pajak, tarif kompetisi laju
infalsi, nilai mata uang, pembatasan atas transfer dana, resiko politik dan
kepentingan sekutu usaha patungan sangat memperumit keputusan penentuan harga
transfer.
|
Hasil Penelitian
|
1.
Metode Perbandingan Harga antara pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa
:
Kondisi
yang tepat dalam menerapkan Metode Perbandingan Harga antara pihak yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa (Comparable Uncontrolled Price/CUP) antara lain
adalah:
a.
barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik
dalam kondisi yang sebanding; atau
b.
kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki Hubungan Istimewa Identik
atau memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan
penyesuaian yang akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi
yang timbul.
2.
Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price Method / RPM) :
Kondisi
yang tepat dalam menerapkan Metode Harga Penjualan Kembali (Resale Price
Method/ RPM) antara lain adalah:
a.
tingkat kesebandingan yang tinggi antara transaksi antara Wajib Pajak yang
mempunyai Hubungan Istimewa dengan transaksi antara Wajib Pajak yang tidak
mempunyai Hubungan Istimewa, khususnya tingkat kesebandingan berdasarkan
hasil analisis fungsi, meskipun barang atau jasa yang diperjualbelikan
berbeda; dan
b. pihak
penjual kembali (reseller) tidak memberikan nilai tambah yang signifikan atas
barang atau jasa yang diperjualbelikan.
3. Metode Biaya-Plus (Cost Plus
Method)
Kondisi
yang tepat dalam menerapkan Metode Biaya-Plus (Cost Plus Method) antara lain
adalah:
a.
barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai Hubungan
Istimewa;
b.
terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility
agreement) atau kontrak jual-beli jangka panjang (long term buy and supply
agreement) antara pihak pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa; atau
c.
bentuk transaksi adalah penyediaan jasa.
4.
Metode Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM)
Metode
Pembagian Laba (Profit Split Method/PSM) secara khusus hanya dapat diterapkan
dalam kondisi sebagai berikut:
a.
transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa sangat terkait
satu sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara
terpisah; atau
b.
terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi
yang menyebabkan kesulitan dalam menemukan data pembanding yang tepat.
5.
Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional Net Margin Method/TNMM) :
Kondisi
yang tepat dalam menerapkan Metode Laba Bersih Transaksional (Transactional
Net Margin Method/TNMM) antara lain adalah:
a. salah
satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan kontribusi yang khusus
atau
b. salah
satu pihak dalam transaksi Hubungan Istimewa melakukan transaksi yang
kompleks dan memiliki transaksi yang berhubungan satu sama lain.
|
Kesimpulan Penelitian
|
Dalam
menerapkan metode Penentuan Harga Transfer (transfer pricing) yang paling
sesuai wajib diperhatikan hal-hal sebagai berikut: kelebihan dan kekurangan
setiap metode; kesesuaian metode Penentuan Harga Transfer dengan sifat dasar
transaksi antar pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa, yang ditentukan
berdasarkan analisis fungsional; ketersediaan informasi yang handal
(sehubungan dengan transaksi antar pihak yang tidak mempunyai Hubungan
Istimewa) untuk menerapkan metode yang dipilih dan/atau metode lain; tingkat
kesebandingan antara transaksi antar pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa
dengan transaksi antar pihak yang tidak mempunyai Hubungan Istimewa, termasuk
kehandalan penyesuaian yang dilakukan untuk menghilangkan pengaruh yang
material dari perbedaan yang ada.
Wajib
Pajak wajib mendokumentasikan langkah-langkah, kajian, dan hasil kajian dalam
melakukan Analisis Kesebandingan dan penentuan pembanding, penggunaan Data
Pembanding Internal dan/atau Data Pembanding Eksternal serta menyimpan buku,
dasar catatan, atau dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Wajib Pajak
wajib juga mendokumentasikan kajian yang dilakukan dan menyimpan buku, dasar
catatan, atau dokumen sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
|
Pendapat Mengenai Jurnal
|
Jurnal
ini membuktikan analisis nya dengan berbagai metode yang digunakan untuk
memperkuat hasil penelitian.
Dan jurnal ini memberikan
informasi mengenai perpajakan yang sebagaimana mestinya kita sebagai warga
negara yang baik taat membayar pajak.
|
revika arafi
Senin, 01 Mei 2017
Akuntansi Internasional (Tugas 12)
Akuntansi Internasional (Tugas 11)
Nama Jurnal
|
Jurnal Manajemen Resiko Keuangan
|
Volume / Halaman
|
SNA VIII Solo
|
Nama Penulis
|
WIWIK UTAMI
|
Judul Jurnal
|
PENGARUH
MANAJEMEN LABA TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS (STUDI PADA PERUSAHAAN PUBLIK
SEKTOR MANUFAKTUR)
|
Tanggal Jurnal
|
16 September 2005
|
Reviewer
|
Asih Liana,
Neni Kuswanti, Noviani Wilda.Z, Revika Rusviana, Vikcy Amalia.H
|
Tujuan Penelitian
|
Untuk
mengetahui apakah investor sudah merespon dengan tepat informasi akrual yang
disajikan dalam laporan keuangan emiten.
|
Metode Penelitian
|
Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal. Data dikumpulkan dan
dianalisis menggunakan pool data untuk periode 2001 dan 2002. Untuk
menganalisis pengaruh manajamen laba terhadap biaya modal ekuitas dilakukan
pengamatan untuk tiga hari perdagangan di BEJ (window tiga hari) yaitu: satu
hari sebelum pengumuman laporan keuangan (t-1), pada hari pengumuman laporan
keuangan (to), dan satu hari setelah pengumuman laporan keuangan (t + 1).
Pertimbangan
untuk menggunakan window tiga hari adalah: (a) adanya perbedaan waktu antara
laporan keuangan dilaporkan atau diserahkan ke Bapepam dan BEJ dengan
publikasi laporan keuangan di media masa, biasanya beda satu hari, (b) dengan
window yang pendek maka dapat meminimalkan confounding affect, dan (c)
menurut Scott (2003) jika tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh
maka sebaiknya memakai window yang pendek.
|
Variabel Penelitian
|
Variabel
dalam penelitian ini adalah
1) Manajemen laba
Manajemen
laba diproksi berdasarkan rasio akrual modal kerja dengan penjualan.
Manajemen laba (ML) = Akrual Modal kerja (t) / Penjualan periode (t)
Akrual
modal kerja = D AL – D HL – D Kas
Keterangan:
D
AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
D
HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
D
Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
2) Biaya
modal ekuitas
Biaya
modal ekuitas dihitung berdasarkan tingkat diskonto yang dipakai investor
untuk menilaitunaikan future cash flow (Olhson: 1995,
Botosan: 1997, Botosan dan Plumlee:2002).
3)
Variabel kontrol
Beberapa
studi sebelumnya menunjukkan bahwa risiko beta dan ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap biaya modal ekuitas (Botosan 1997).
Dengan demikian, variabel risiko sistematis saham (risiko beta) dan ukuran
perusahaan digunakan sebagai variabel kontrol. Risiko beta diukur berdasarkan
beta harian yang dihitung dengan metode Fowler dan Rorke (1983) dengan lead dan lag tiga
hari. Data beta harian yang telah disesuaikan dengan metode Fowler dan Rorke
(1983) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pusat pengembangan
akuntansi Universitas Gadjah Mada. Ukuran perusahaan digunakan proksi nilai
kapitalisasi pasar, yaitu jumlah lembar saham yang beredar pada bulan
pengumuman laporan keuangan (bulan Mei untuk tahun 2001 dan April untuk tahun
2002) dikalikan dengan harga saham penutupan pada bulan yang bersangkutan.
4)
Metode analisis
Metode
analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
|
Hasil Penelitian
|
Hasil dari penelitian ini adalah :
Hasil
regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien determinan (R square) adalah 21,4%,
artinya bahwa manajemen laba, beta saham dan kapitalisasi pasar mampu
menjelaskan 21,4 variasi biaya modal ekuitas, sisanya dijelaskan oleh faktor
lain. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai F test signifikan pada level 0%,
artinya model regresi cocok untuk digunakan sebagai model prediksi. Di
samping itu nilai F yang signifikan juga berarti bahwa secara simultan
manajemen laba, beta saham dan kapitalisasi pasar berpengaruh terhadap biaya
modal ekuitas.
Berdasarkan
nilai koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen,
yaitu manajamen laba, beta saham dan kapitalisasi pasar berpengaruh terhadap
biaya modal ekuitas dengan tingkat signifikan 1%. Koefisien regresi manajemen
laba mempunyai nilai positip, dengan demikian hipotesis yang menyatakan
manajemen laba berpengaruh positip terhadap biaya modal ekuitas diterima.
Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa investor sudah mengantisipasi dengan
benar informasi yang terkait dengan manajemen laba. Semakin tinggi rasio
akrual modal kerja terhadap penjualan (proksi manajemen laba), maka semakin
tinggi biayamodal ekuitas. Biaya modal ekuitas yang tinggi selanjutnya akan
berdampak pada harga saham yang rendah, karena biaya modal ekuitas adalah
tarip diskonto yang dipakai oleh investor untuk menilaitunaikan arus kas
dimasa datang.
|
Kesimpulan
Penelitian
|
Kesimpulan
dari penelitian ini adalah :
a)
Memberikan bukti empirik bahwa manajemen laba berpengaruh positif dan
signifikan terhadap biaya modal ekuitas. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat
akrual, maka semakin tinggi biaya modal ekuitas. Hal ini menunjukan bahwa
tingkat manajemen laba di Indonesia yang relatif tinggi seperti yang diungkap
Leuz et al. (2003) telah diantisipasi dengan cermat oleh investor di Bursa
Efek Jakarta.
b)
Manajemen laba yang diproksi dengan rasio akrual modal kerja dengan penjualan
(model Utami) terbukti memberikan kontribusi yang paling besar dalam
menjelaskan variasi biaya modal ekuitas. Temuan ini sejalan dengan pendapat
McNichols (2000) serta Dechow dan Skinner (2000) yang menyatakan bahwa
manajemen laba lebih baik diproksi dengan spesifik akrual dan menggunakan
model yang sederhana (tidak rumit).
|
Pendapat Mengenai Jurnal
|
Pendapat
mengenai jurnal ini adalah penelitian ini sangat bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan seperti investor dan manajer. Namun perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan menggabungkan perusahaan yangbernilai buku ekuitas negatip
dan positip, dan juga untuk sektor non manufaktur.
|
Akuntansi Internasional (Tugas 10)
Nama Jurnal
|
Akuntansi Manajerial
|
Volume / Halaman
|
Vol.2 No.2 / Hal. 1296-1305
|
Nama Penulis
|
Nurul Fitah Anwar
Herman
Karamoy
|
Judul Jurnal
|
ANALISIS
PENERAPAN METODE PENCATATAN DAN PENILAIAN TERHADAP PERSEDIAAN BARANG MENURUT
PSAK NO 14 PADA PT. TIRTA INVESTAMA DC MANADO
|
Tanggal Jurnal
|
Juni 2014
|
Reviewer
|
Asih Liana,
Neni Kuswanti, Noviani Wilda.Z, Revika Rusviana, Vikcy Amalia.H
|
Tujuan Penelitian
|
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya kesesuaian penerapan metode
pencatatan dan penilaian persediaan barang di PT.Tirta Investama dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 tentang Persediaan.
|
Metode Penelitian
|
Jenis
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian yang
dilakukan bersifat Deskriptif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan
kenyataan dari kejadian yang diteliti sehingga memudahkan penulis untuk
mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami Metode
Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang yang diterapkan oleh PT. Tirta Investama
DC Manado.
|
Variabel Penelitian
|
Metode Pencatatan Persediaan
a.
Metode perpetual
b.
Metode periodik
Metode
Penilaian Persediaan
a.
Identifikasi Khusus
b.
Metode Biaya Rata-rata (Average)
c.
Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO)
d.
Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO)
|
Hasil Penelitian
|
Adapun hasil penelitian nya adalah
:
1.
Metode pencatatan yang diterapkan pada PT.Tirta Investama DC (Distribution
Centre) Manado dalam mencatat persediaan barang adalah Metode Perpetual.
Sedangkan untuk metode penilaian persediaan menggunakan Metode FEFO (First
Expired, First Out) yang didasarkan dari asumsi metode FIFO (First In, First
Out). Metode FEFO mempunyai pengertian yaitu barang yang akan lebih dahulu
kadaluarsa, barang itulah yang akan lebih dahulu untuk dijual.
2.
Pengukuran persediaan pada PT.Tirta Investama DC Manado yang merupakan
perusahaan dagang khusus distribusi produk hanya membebankan biaya pembelian
tanpa adanya biaya penyimpanan, yang sebenarnya diperlukan untuk menjaga
kualitas produk yang disimpan di pabrik.
|
Kesimpulan Penelitian
|
Adapun
kesimpulan penelitian ini adalah Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode
pencatatan dan penilaian persediaan barang yang diterapkan oleh PT.Tirta
Investama sebagian besar telah sesuai dengan PSAK No.14 tentang persediaan.
Pengukuran persediaan sebaiknya berpedoman dan mengikuti ketentuan yang telah
ditetapan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang tertuang dalam PSAK No.14
sehingga semua biaya yang seharusnya diperhitungkan dalam pengukuran persediaan
dapat terakumulasi dengan baik.
|
Pendapat Mengenai Jurnal
|
Menurut
saya, jurnal yang diteliti sudah bagus dalam penyusunan, dan jurnal ini cukup
menarik dengan memaparkan pembahasan yang lengkap sehingga memberikan
informasi yang sangat bermanfaat terkait dengan pencatatan dan penilaian
persediaan barang.
|
Akuntansi Internasional (Tugas 9)
Judul
|
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial
Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
|
Jurnal
|
Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia
|
Vol & Hal
|
Volume 7 No.2
|
Tahun
|
Desember 2003
|
Penulis
|
Luciana Spica
Almilia dan Kristjadi
|
Reviewer
|
Asih Liana,
Neni Kuswanti, Noviani Wilda.Z, Revika Rusviana, Vikcy Amalia.H
|
Tujuan Penelitian
|
Tujuan dari penelitian ini untuk
menguji rasio keuangan yang mempengaruhi kondisi financial distress
perusahaan.
|
Metode Penelitian
|
Data Penelitian
Penelitian
ini mengambil data sekunder berupa laporan keuangan periode 1998-2001 yang
dipublikasikan. Data laporan keuangan diperoleh dari Publikasi BEJ.
Periodisasi data penelitian yang mencakup data periode tahun 1998 sampai 2001
dipandang cukup mewakili untuk memprediksi financial distress.
Populasi
dan Sampel Penelitian
Populasi
penelitian adalah seluruh perusahaan yang laporan keuangannya terdapat di
Publikasi BEJ pada tahun 1998-2001. Sedangkan sampel dari penelitian ini
perusahaan yang mengalami financial distress dengan indikasi: selama 2 tahun
mengalami laba bersih operasi (net operating income) negatif dan selama lebih
dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden yaitu pada tahun 2000 dan
2001. Sebagai kontrol juga dipilih perusahaan yang sehat pada tahun
2000-2001. Data laporan keuangan tahun 2000-2001 digunakan sebagai pedoman
penentuan apakah suatu perusahaan mengalami financial distress atau tidak. Sedangkan
data laporan keuangan tahun 1998-1999 adalah merupakan data yang akan diolah.
Berdasarkan kriteria diatas diperoleh sampel sebanyak 61 perusahaan
manufaktur, 24 perusahaan dikatakan mengalami financial distress dan 37
perusahaan tidak mengalami financial distress.
Identifikasi
Variabel
Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kondisi financial
distress perusahaan yang merupakan variable kategori, 0 untuk perusahaan
sehat dan 1 untuk perusahaan yang mengalami financial distress. Perusahaan
dikatakan mengalami financial distress jika:
1.
Beberapa
tahun mengalami laba bersih (net income) negatif (dalam penelitian Hofer 1980
dan Whitaker 1999, menggunakan laba bersih operasi atau net operating
income).
2.
Selama
lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden (sesuai dengan
penelitian Lau 1987).
Sedangkan
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan
perusahaan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Platt dan Platt (2002):
1.
Profit margin meliputi:
a. Laba
bersih dibagi penjualan (NI/S).
2.
Likuiditas meliputi:
a.
Aktiva lancar dibagi kewajiban lancar (CA/CL).
b. Modal
kerja (aktiva lancar-kewajiban lancar) dibagi total aktiva (WC/TA).
c.
Aktiva lancar dibagi total aktiva (CA/TA).
d.
Aktiva tetap bersih dibagi total aktiva (NFA/TA).
3.
Efisiensi operasi meliputi:
a.
Penjualan dibagi total aktiva (S/TA).
b.
Penjualan dibagi aktiva lancar (S/CA).
c.
Penjualan dibagi modal kerja (S/WC).
4.
Profitabilitas meliputi:
a. Laba
bersih dibagi total aktiva (NI/TA).
b. Laba
bersih dibagi ekuitas saham (NI/EQ)
5.
Financial leverage meliputi:
a. Total
hutang dibagi total aktiva (TL/TA).
b.
Hutang lancar dibagi total aktiva (CL/TA).
c. Notes
payable dibagi total aktiva (NP/TA).
d. Notes
payable dibagi total hutang (NP/TL).
e.
Ekuitas saham dibagi total aktiva (EQ/TA).
6.
Posisi kas meliputi:
a. Kas
dibagi hutang lancar (CASH/CL).
b. Kas
dibagi total aktiva (CASG/TA).
7.
Pertumbuhan meliputi:
a.
Prosentase pertumbuhan penjualan (GROWTH-S).
b.
Prosentase pertumbuhan laba bersih dibagi total aktiva (GROWTH
NI/TA).
Model
Analisis dan Tehnik Analisis Data
Pengujian
dalam penelitian dengan menggunakan regresi logit untuk mengetahui kekuatan
prediksi rasio keuangan terhadap penentuan financial distress suatu
perusahaan. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Pi =
1/[1 + exp – (B0 + B1Xi1 + B2Xi2 + … + BnXin)]
Pi =
probabilitas perusahaan mengalami financial distress
Xin =
variabel-variabel rasio keuangan
Dalam
penelitian ini tidak seluruh rasio-rasio keuangan dimasukkan dalam model,
tetapi variabel rasio-rasio keuangan dipilih berdasarkan tingkat
signifikansinya. Jadi dalam penelitian ini berusaha mencari rasio-rasio
keuangan mana yang paling dominan dalam menentukan apakah suatu perusahaan
akan mengalami financial distress atau tidak. Analisis data dilakukan dengan
menilai keseluruhan model (overall model fit), menganalisis nilai Nagel Karke
dan menguji koefisien regresi.
|
|
Variabel dependen
Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kondisi financial
distress perusahaan yang merupakan variable kategori, 0 untuk perusahaan
sehat dan 1 untuk perusahaan yang mengalami financial distress. Perusahaan
dikatakan mengalami financial distress jika:
1.
Beberapa
tahun mengalami laba bersih (net income) negatif (dalam penelitian Hofer 1980
dan Whitaker 1999, menggunakan laba bersih operasi atau net operating
income).
2.
Selama
lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden (sesuai dengan
penelitian Lau 1987).
Variabel independen
Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan
perusahaan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Platt dan Platt (2002):
1. Profit margin meliputi:
a.
Laba bersih dibagi penjualan (NI/S).
2. Likuiditas meliputi:
a.
Aktiva lancar dibagi kewajiban lancar (CA/CL).
b.
Modal kerja (aktiva lancar-kewajiban lancar) dibagi total aktiva (WC/TA).
c.
Aktiva lancar dibagi total aktiva (CA/TA).
d.
Aktiva tetap bersih dibagi total aktiva (NFA/TA).
3. Efisiensi operasi meliputi:
a.
Penjualan dibagi total aktiva (S/TA).
b.
Penjualan dibagi aktiva lancar (S/CA).
c.
Penjualan dibagi modal kerja (S/WC).
4. Profitabilitas meliputi:
a.
Laba bersih dibagi total aktiva (NI/TA).
b.
Laba bersih dibagi ekuitas saham (NI/EQ)
5. Financial leverage meliputi:
a.
Total hutang dibagi total aktiva (TL/TA).
b.
Hutang lancar dibagi total aktiva (CL/TA).
c.
Notes payable dibagi total aktiva (NP/TA).
d.
Notes payable dibagi total hutang (NP/TL).
e.
Ekuitas saham dibagi total aktiva (EQ/TA).
6. Posisi kas meliputi:
a.
Kas dibagi hutang lancar (CASH/CL).
b.
Kas dibagi total aktiva (CASG/TA).
7. Pertumbuhan meliputi:
a.
Prosentase pertumbuhan penjualan (GROWTH-S).
b.
Prosentase pertumbuhan laba bersih dibagi total aktiva (GROWTH
NI/TA).
|
Hasil Penelitian
|
Hasil
penelitian ini menunjukkan Rasio profit margin (laba bersih / penjualan
bersih), rasio leverage keuangan (kewajiban lancar / total aktiva), rasio
likuiditas (aktiva lancar / kewajiban lancar) dan pertumbuhan (laba bersih /
pertumbuhan total aset) adalah variabel yang signifikan untuk menentukan
perusahaan kesulitan keuangan.
|
Kesimpulan Penelitian
|
Hasil
perhitungan menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksikan financial distress suatu perusahaan. Sehingga hipotesis dalam
penelitian ini dapat diterima, bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan
untuk memprediksikan financial distress suatu perusahaan. Sedangkan tambahan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variable rasio keuangan yang paling
dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah:
1. Rasio
profit margin yaitu laba bersih dibagi dengan
penjualan (NI/S).
2. Rasio
financial leverage yaitu hutang lancar dibagi dengan total aktiva (CL/TA).
3. Rasio
likuiditas yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar (CA/CL).
4. Rasio
pertumbuhan yaitu rasio pertumbuhan laba bersih dibagi dengan total aktiva
(GROWTH NI/TA).
|
Pendapat Mengenai Jurnal
|
Menurut
saya jurnal ini sudah cukup baik dan mudah untuk dimengerti mengenai
financial distress. Hanya saja dalam jurnal ini terdapat beberapa
kekurangan yaitu periodisasi data yang digunakan hanya 2 tahun untuk
memprediksi. Kemampuan prediksi akan lebih baik apabila digunakan data series
yang cukup panjang. Selain itu, terdapat beberapa factor diluar rasio
keuangan seperti kondisi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran,
inflasi dan lain-lain) serta parameter politik yang tidak dapat digunakan
dalam penelitian ini karena kesulitan pengukurannya. Dan apabila
faktor-faktor tersebut dapat diperoleh dan dapat diukur dengan tepat, maka
akan diperoleh tingkat prediksi financial distress suatu perusahaan yang
lebih akurat.
|
Langganan:
Postingan (Atom)